1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disadari atau tidak, penggunaan bahasa akan berubah sesuai dengan kebutuhan penuturnya. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan saat seseorang berpidato atau berceramah dalam sebuah seminar akan berbeda dengan bahasa yang digunakannya saat mengobrol atau bercengkrama dengan keluarganya. Bahasa itu akan berubah lagi saat ia menawar atau membeli sayuran di pasar. Kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya ini disebut ragam bahasa. Dalam penggunaan bahasa (Indonesia) dikenal berbagai macam ragam bahasa dengan pembagiannya masing-masing, seperti ragam formal-semi formal-nonformal; ujarantulisan; jurnalistik; iklan; populer dan ilmiah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dijelaskan bahwa ilmiah adalah bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang bersifat keilmuan. Sifat keilmuan ini terlihat pula dalam penggunaan bahasanya. Ragam bahasa yang digunakan dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah.Ragam bahasa ilmiah merupakan bahasa dalam dunia pendidikan. Karena penutur ragam bahasa ini adalah orang yang berpendidikan, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dipelajari di sekolah/institusi pendidikan. Ragam bahasa ini dikenal pula dengan istilah ragam bahasa baku/standar. Menurut Hasan Alwi dkk. (2003: 13—14), ragam bahasa ini memiliki dua ciri, yaitu kemantapan dinamis dan kecendikiawan. Kemantapan dinamis berarti aturan dalam ragam bahasa ini telah berlaku dengan mantap, tetapi bahasa ini tetap terbuka terhadap perubahan (terutama dalam kosakata dan istilah). Ciri kecendikiawan terlihat dalam penataan penggunaan bahasa secara teratur, logis, dan masuk akal. Ragam bahasa ini bersifat kaku dan terikat pada aturan-aturan bahasa yang berlaku.
1.2 Rumusan Masalah
Penggunaan bahasa ilmiah diikuti dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang baku. Namun, ada pula penulis artikel ilmiah yang menggunakan susunan kalimat kurang baku Ada dua rumusan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini. Rumusan masalah tersebut adalah bagaimana ciri penggunaan bahasa ilmiah yang baik? Bagaimana implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia pada artikel ilmiah?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri bahasa ilmiah dalam karya tulis ilmiah, khususnya artikel ilmiah, serta melihat implementasi penggunaan tata bahasa Indonesia dalam artikel ilmiah. Tulisan ini diharapkan dapat membantu memberi gambaran mengenai bahasa ilmiah. Analisis ini dapat digunakan sebagai acuan para penulis artikel untuk menulis dengan menggunakan tata bahasa yang baku.
1.4 Metode
Analisis penggunaan tata bahasa dalam artikel ilmiah pada tulisan ini dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi terhadap penggunaan bahasa dalam majalah-majalah ilmiah. Sebagai alat bantu untuk mendeskripsikan bahasa ilmiah, digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Implementasi penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah dilihat secara acak dalam beberapa artikel ilmiah berbahasa Indonesia.
HASIL PEMBAHASAN
Format Penulisan
Artikel ilmiah merupakan tulisan ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Setiap jurnal memiliki syarat penyajian tulisan yang berbeda-beda. Walaupun begitu, unsur-unsur tulisan yang biasa dapat ditemui adalah abstrak, kata kunci, pendahuluan (latar belakang, tujuan, masalah penelitian, dan metode penelitian), batang tubuh (hasil dan pembahasan penelitian), dan kesimpulan. Karena keterbatasan tempat dalam jurnal ilmiah, pembatasan jumlah halaman dalam artikel ilmiah berlaku ketat. Tiap bidang ilmu mempunyai konvensi naskah yang berbeda-beda. Namun secara umum, pembagian dalam sebuah kerangka pikiran (tulisan maupun ujaran) terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Setiap bagian tersebut berkaitan satu sama lain sehingga membangun satu kepaduan yang utuh. Secara tradisional, bidang ilmu dibagi menjadi ilmu alam dan sosial. Jika diperhatikan, ada perbedaan format penulisan pada karya tulis ilmiah dua bidang ilmu ini. Ilmu alam menggunakan alam sebagai objek penelitiannya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah bidang ilmu alam, langkah-langkah penelitian dicantumkan secara terperinci sehingga keteraturan/ urutan penulisan terlihat secara eksplisit. Berbeda dengan ilmu alam, ilmu sosial menggunakan perilaku manusia sebagai objek penelitiannya. Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah bidang sosial, pembahasan penelitian disajikan dalam bentuk penggambaran (deskriptif).
Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata atau diksi dalam sebuah karya tulis ilmiah akan mempengaruhi kesan dan makna yang ditimbulkan. Hal ini merupakan salah satu unsur dalam artikel ilmiah. Pemilihan kata dalam satu ragam bahasa berkaitan dengan ketepatan pemilihan kata dan kesesuaian pemilihan kata. Menurut Gorys Keraf (2005: 87), ketepatan pemilihan kata berkaitan dengan menggunakan kata secara tepat yang berarti menggunakan kata sesuai dengan makna yang ingin dicapai. Sementara itu, kesesuaian pemilihan kata berkaitan dengan suasana dan lingkungan berbahasa. Dalam artikel ilmiah, suasana dan lingkungan bahasa yang digunakan adalah formal dengan bahasa standar/baku. Dalam makalah ini, dibahas
beberapa hal yang berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian pemilihan kata dalam artikel ilmiah, yaitu:
1. Sinonim
a. air kencing—air pipis—air seni—urin
Air kencing adik berwarna keruh.
Air pipis adik berwarna keruh.
Air seni adik berwarna keruh.
Urin adik berwarna keruh.
Sinonim merujuk pada kata-kata dengan makna yang (hampir) serupa. Pada contoh penggunaan
sinonim di atas, bahasa yang standar (baku) adalah air seni dan atau urin (dalam bidang kedokteran).
b. mengemukakan—mengatakan—menyuarakan.
Ia mengemukakan pendapatnya.
Ia mengatakan pendapatnya.
Ia menyuarakan pendapatnya.
Untuk menhindari kebosanan karena menggunakan kata yang itu-itu saja, dapat dipilih sinonim
yang penggunaannya tepat (sesuai konteks).
2. Kata umum—kata khusus
Kendaraan—Kendaraan bermotor—Kendaraan (bermotor) umum—Angkot
a. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan dianggap berhasil.
b. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan bermotor dianggap berhasil.
c. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan umum dianggap berhasil.
d. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan angkot dianggap berhasil.
Setiap kata yang digunakan pada kalimat-kalimat di atas, semakin lama semakin khusus. Hal ini terlihat dari semakin khusus (sempit) makna yang digunakan pada kata-kata di atas (sesuai urutannya). Kata yang semakin sempit tujuannya itulah yang disebut dengan kata khusus.
3. Kata indria
Kata indria merupakan kata yang menunjukkan perasaan/ pengalaman dengan pancaindra, seperti panas, manis, keras, apak, desing, dan mengilat. Penggunaan kata-kata indria ini dapat saling tumpang tindih. Gejala seperti ini disebut dengan sinestesia. Perhatikan contoh berikut.
a. Ibu membuat teh manis.
b. Gadis itu manis sekali.
SALAH BENAR
Praktek Praktik
Analisa Analisis
Merubah Mengubah
Multi media Multimedia
Dia punya nama Namanya
Banyak para ibu Banyak ibu/para ibu
5. Istilah dan jargon
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu tertentu. Sementara itu, jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya (Keraf, 2005: 107). Antara istilah dan jargon, terdapat ketumpangtindihan makna. Pada dasarnya, jargon merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali.
6. Kata populer dan ilmiah
Kata populer adalah kata yang lazim digunakan oleh masyarakat luas dalam kegiatan sehari-hari. Kata ini tentu berbeda dengan kata ilmiah yang merujuk pada bahasa ilmiah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:.
a. orang sakit—pasien (kata populer—kata ilmiah)
b. pecahan—fraksi (kata populer—kata ilmiah)
c. kolot—konservatif (kata populer—kata ilmiah)
7. Kata slang
Kata slang adalah kata yang digunakan pada ragam percakapan yang khas. Misalnya, bahasa gaul. Bahasa seperti ini tidak bisa digunakan dalam karya tulis ilmiah karena merupakan bahasa nonstandar.
8. Idiom
Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya
berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya (Keraf, 2005: 109) Contohnya, makan garam, banting tulang. Selain itu, dalam menulis karya tulis ilmiah perhatikan pula penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis pada kata kerja tertentu, seperti berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/ penulisnya dengan baik
sehingga pendengar/ pembaca akan menangkap gagasan di balik kalimat tersebut dengan tepat. Karena tujuan seseorang menulis adalah mengkomunikasikan gagasan yang dimilikinya, kalimat efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kegiatan menulis, populer maupun ilmiah, laporan maupun artikel, kalimat yang digunakan berupa kalimat efektif. Menurut Gorys Keraf (1993).
syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut.
1. Kesatuan Gagasan
Kesatuan gagasan mengacu pada bagaimana perilaku fungsi-fungsi kalimat dalam satu kalimat. Syarat utama untuk membentuk sebuah kalimat lengkap adalah adanya fungsi subjek dan predikat. Jika dirasa perlu, fungsi-fungsi ini dapat ditambahkan dan diperluas dengan fungsi lainnya.
Contoh:
a. Pada pembiayaan mudhabarah tidak berpartisipasi dalam manajemen bisnis yang dibiayainya. Kalimat di atas tidak menunjukkan kesatuan gagasan karena subjek dalam kalimat di atas tidak ada. Siapakah yang tidak berpartisipasi dalam manejemen bisnis yang dibiayainya? Mengacu kepada siapakah partikel –nya pada kata dibiayainya? Bandingkan dengan kalimat berikut. Pada pembiayaan
mudhabarah, konsumen tidak berpartisipasi dalam manajemen bisnis yang dibiayainya.
b. Karena asam amino ini merupakan faktor pembatas pada pakan nabati.
Kata karena merupakan konjungsi yang menunjukkan hubungan alasan/sebab. Konjungsi ini berfungsi menghubungkan anak kalimat (alasan/sebab) dengan induk kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Pada kalimat di atas, penyebab (induk kalimat) tidak nampak.
2. Koherensi yang baik dan kompak.
Koherensi yang baik dan kompak mengacu pada hubungan antarunsur pembentuk kalimat. Dalam hal
ini, urutan kata menjadi hal yang perlu diperhatikan. Perhatikan contoh berikut:
a. Tes tersebut dibuat oleh guru bidang studi yang berjumlah 25 item.
b. Tes yang berjumlah 25 item tersebut dibuat oleh guru bidang studi.
3. Penekanan
Dalam sebuah kalimat, umumnya terdapat satu hal/topik yang ingin ditekankan. Melalui beberapa cara,
penekanan tersebut akan terasa nyata. Coba perhatikan contoh berikut ini.
a. Beberapa daerah sudah mencapai TFR kurang dari dua dan angka prevelensi kontrasepsi yang cukup tinggi.
b. TFR kurang dari dua dan angka prevelensi kontrsepsi yang cukup tinggi sudah dicapai beberapa
daerah.
c. Beberapa daerah pun sudah mencapai kurang dari dua angka prevelensi kontrasepsi yang cukup
tinggi.
Dari contoh di atas, terlihat cara untuk memberi penekanan adalah meletakkan topik di awal kalimat atau menggunakan partikel penekan (pun). Selain cara di atas, dapat pula digunakan pertentangan atau repetisi (pengulangan).
4. Variasi
Untuk menghindari kebosanan karena menggunakan kata atau pola kalimat yang itu-itu saja, digunakan variasi. Dalam kosakata, variasi berkaitan erat dengan sinonim. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali pembahasan mengenai pilihan kata (sinonim).
5. Paralelisme
Paralelisme menekankan pada penggunakan jenis dan pola yang sama dalam kalimat. Fungsi-fungsi dalam satu kalimat terbentuk dari pola yang sama. Misalnya, jika dalam sebuah kalimat terdapat predikat lebih dari satu, imbuhan dalam predikat-predikat tersebut sama. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
a. Fungsi enzim di antaranya adalah membantu proses metabolisme dan dapat digunakan mencegah
infeksi.
b. Fungsi enzim di antaranya adalah membantu proses metabolisme dan mencegah infeksi.
6. Penalaran atau Logika
Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah logis. Hal ini berarti pernyataan dalam kalimat yang digunakan dalam karya tulis ilmiah sesuai dengan logika. Perhatikan contoh berikut.
a. Secara umum, pendekatan kultural lebih optimis daripada kedua pendekatan sebelumnya...
Pertanyaan yang muncul dari kalimat di atas adalah, siapa yang merasa lebih optimis? Apakah
mungkin, sebuah pendekatan (dalam hal ini pendekatan kultural) dapat merasakan optimisme?
Perasaan (optimis) tentunya dapat dirasakan oleh manusia, bukan pendekatan.
Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan penggambaran lambang-lambang bunyi ujar suatu bahasa dan hubungan lambang satu dengan lambang lain baik dalam penggabungan ataupun dalam pemisahannya. Keseluruhan peraturan ini hanya berlaku dalam bahasa tertentu karena ejaan hanya bersifat konvensi yang merupakan kesepakatan pemakaian bahasa tertentu. Karena bersifat kovensional, maka system ejaan bahasa satu dengan bahasa lainnya akan berbeda walaupun kedua bahasa itu menggunakan lambang, uruf dan alfabetik yang sama.
Bahasa Indonesia saat ini telah memiliki kaidah penulisan atau ejaan yang telah dibakukan, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang biasa dikenal dengan EYD. Kaidah ejaan tersebut terulang dalam buku Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dalam buku tersebut ejaan bahasa Indonesia pembahasannya dikelompokkan menjadi 3, yaitu: (1) penulisan huruf, (2) penulisan kata, dan (3) pemakaian tanda baca. Setiap kelompok kaidah tersebut masih terbagi atas sejumlah kaidah yang lebih kecil.
Dalam bahasa Indonesia keilmuan, EYD digunakan adalah ejaan standar yang tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku. Bentukan ejaan standar dapat memilih tiga bentuk, yakni bentukan dengan cara afiksasi, redublikasi atau pengulangan, dan pemajemukan atau penggabungan kata.
A. Penulisan huruf
Pemakaian huruf capital dan huruf miring
a. Huruf capital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung. Contoh:
• Ibu bertanya,“Kapan kamu pulang?”
• Kita harus bekerja keras
b. Huruf capital digunakan dalam ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan, kitab suci
nama tuhan, dan nama gantinya. Contoh:
• Allah SWT
• Yang Mahakuasa
• Rahmat Nya
• Islam
• Kristen
c. Digunakan dalam huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa; tahun, bulan, hari raya dan
peristiwa sejarah. Contoh:
• bangsa Indonesia
• tahun Masehi
• hari Minggu
• hari Kebangkitan Nasional
d. Huruf pertama nama dalam khas geografi. Contoh:
• Danau Toba
• Jalan Joyosuko
• Limboto Barat
e. Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan dokumen resmi.
Contoh:
• Majelis Permusyawaratan Rakyat
• Departemen Pemerintah dan Pariwisata
f. Singkatan nama delar dan sapaan; huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan yang
dipakai sebagai kata ganti. Contoh:
• Ir. Maryati
• Kapan Saudara dating?
• Silakan masuk, Nak!
Pemakaian huruf miring
Huruf miring (jika menggunakan mesin ketik diganti dengan garis bawah) digunakan dalam hal-hal berikut:
a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh:
• Majalah Tempo
• Harian Kompas
b. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Contoh:
• Bab ini tidak membicarakan …
• Huruf pertama kata abad ialah a.
c. Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
• Penataran merupakan kata lain dari upgrading
• Kupu-kupu termasuk serangga dalam ordo Lepidoptera.
B. Penulisan kata
Penulisan kata disesuaikan dengan proses morfologinya. Proses morfologis merupakan peristiwa penggabungan morfem satu dengan lain menjadi kata. Dari segi strukturnya, kata dapat digolongkan atas dua macam, yaitu kata yang bermorferm tunggal (monomorfemis) dan kata yang bermorfem lebih dari satu (polimorfemis).
Contoh:
• monomorfermis : pergi, makan
• polimorfemis: bekerja, murid-murid, saputangan
a. Kata dasar
kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu akan pulang besok pagi
b. Kata turunan/jadian
• Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh:
bersambung, menyanyi, dan kawanan.
• Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mendahului atau
mengikutinya kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Contoh: bersuka ria, membabi buta.
c. Kata ulang
Bentuk kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: sehat-sehat,
terus-menerus.
d. Kata ganti
Kata ganti ku, kau, mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau yang
mengikutinya.
e. Kata depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali didalam kata
yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan, seperti kepala dan daripada.
f. Kata sandang
Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh: si pemilik kebun cengkeh itu sedang sakit.
C. Pemakaian tanda baca
Tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi dari huruf yang mengikutinya. Tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!). tanda baca-tanda baca berikut ini dipisah satu spasi dari huruf atau tanda lain yang mendahuluinya.
a. Titik (.)
Tanda titik dipakai dalam hal-hal berikut:
• Mengakhiri kalimat yang buan pertanyaan atau seruan dan pada akhir singkatan nama orang. Contoh: kami sekeluarga tinggal di Malang, A.A. Fikri
• Pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan. Contoh: M.B.A. (Master of Bussiness Administration), M.Sc. (Master of Science)
• Pada singkatan kata yang sangat umum. Pada singkatan kata yang terdiri atas tiga huruf atau lebih lebih digunakan satu tanda titik. Contoh: a.n. (atas nama), Yth. (yang terhormat)
• Memisahkan angka jam, menut, detik yang menunjukan waktu atau yang menunjukan jangka waktu. Contoh: pukul 10.20.30 (pukul 10 lewat 20 menit 30 detik)
b. Koma (,)
Tanda koma dipakai untuk hal-hal berikut:
• Memisahkan unsure-unsur dalam suatu perincian. Contoh: Ibu membutuhkan gunting, pisau dan lem.
• Memisahkan kalimat setara yang didahului kata tetapi, melainkan, dan lain sebagainya. Contoh: dia bukan pemilik toko itu, tetapi pemilik toko ini.
• Memisahkan anak kalimat dan induk kalimat, jika anak kalimat mendahului induk kalimat. Contoh: karena sakit, dia tidak bisa rose .
• Dibelakang kata seru. Contoh: Wah, kamu hebat!; oh, begitu.
• Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dala kalimat, dan untuk meyatakan angka decimal. Contoh: “jangan sentuh barang itu”, kata Frida dan 20,57
• Antara nama dan alamat, bagian, bagian dari alamt, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: barang ini dikirimkan kepada Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jalan Veteran 7, Malang.
• Antara nama orang dengan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakan dari singkatan marga atau nama keluarga. Contoh: Endang Purnomowulan, S.Pd.
• Untuk mengapit keterangan hambatan dan keterangan aposisi. Contoh: Tetangga saya, Pak Hamid, baik sekali.
c. Titik koma (;)
Tanda titik koma dipakai untuk hal-hal berikut:
• Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh: malam makin larut; pengunjung juga belum sepi.
• Memisahkan kalimat setara didalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata majemuk. Contoh: ayah memperbaiki kendaraan; ibu mempersiapkan perbekalan; dan adik membersihkan halaman.
d. Titik dua (:)
Tanda titik dua dipakai dalam hal-hal berikut:
• Pada akhir suatu pernyatan yang lengkap, bila diikuti perian. Contoh: yang perlu dilakukan saat ini adalah barang-barang perlengkapan seperti: meja, bangku, papan tulis, dan alat tulis.
• Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:
Ketua : Imam Syafii
Sekretaris : Yuniarti S.
Bendahara : Sri Yuanita
• Diantara jilid atau nomor buku/majalah dan halaman, antara bab dan ayat dalam kitab suci, atau antara judul dan dan anak judul suatu karangan.
e. Tanda hubung (-)
Tanda hubung dipakai dalam hal-hal berikut:
• Menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. Contoh: … banyak hal-hal yang me-narik. … kurangnya kesadar-an.
• Menyambung rose -unsur kata ulang. Contoh: sambung-menyambung, kehitam-hitaman, bermain-main.
• Menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu. Contoh: p-e-m-b-e-l-a-j-a-r-a-n dan 18-12-1993
• Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang diawali dengan huruf capital, ke- dengan angka, angka dengan –an singkatan uruf capital dengan imbuhan. Contoh: Se-Jawa Timur dan tahun 90-an
• Merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Contoh: pen-charter-an, di-tackle
• Memperjelas bagian-bagian ungkapan. Contoh: Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah.
f. Tanda pisah (–)
Tanda pisah (jika menggunakan mesin ketik, gunakan dua tanda hubung (–) dipakai untuk hal-hal berikut.
• Membatasi kata atau kelompok kata yang member penjelasan khusus diluar bangun kalimat dan menegaskan adanya aposisi atau keterangan dalam kalimat. Contoh: kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri dan rangkaian
penemuan itu—evolusi, teori keinbisan, dan kini pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
• Di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’. Contoh: 1945—1987
g. Tanda elipsi (…)
Tanda elipsi dipakai untuk hal-hal berikut:
• Menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Contoh: kalau demikian … ya, marilah kita berangkat sekarang.
• Menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. Contoh: sebab-sebab terjadinya … akan diteliti lebih lanjut.
h. Tanda Tanya (?)
Tanda-tanya dipakai dalam hal-hal berikut:
• Mengakhiri kalimat Tanya. Contoh: kalian dari mana?
• Menyatakan adanya keraguan (?). contoh: peristiwa itu terjadi pada tahun 1968(?)
i. Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah, menggambarkan kesungguhan, ketidak pastian, atau rasa emosi yang kuat. Contoh: singkirkan barang itu sekarang juga! Dan alangkah kejinya perbuatan itu!
j. Tanda kurung ((…))
Tanda kurung dipakai dalam hal-hal berikut:
• Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh: DIP (daftar isian proyek)
• Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh: sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama suatu tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
• Mengapit angka atau huruf yang merinci satu seri keterangan. Contoh: factor-faktor produksi menyangkut masalah (1) modal, (2) tenaga kerja, dan (3) manajemen.
k. Tanda kurung siku ([…])
Tanda kurung siku digunakan untuk hal-hal berikut:
• Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain, dalam naskah aslinya. Contoh: mereka men[d]engar bunyi ledakan.
• Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh: (perbedaan antara dua rose situ [lihat bab III] tidak diungkapkan secara jelas)
l. Tanda petik (“…”)
Tanda petik digunakan dalam hal-hal berikut:
• Mengapit petikan langsung dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lainnya. Contoh: “sudah siap?” Tanya Amin
• Mengapit judul syair, karangan dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat. Contoh: sajak “Bola Lampu” cukup menarik untuk dibaca.
m. Tanda petik tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal dipakai untu hal-hal berikut.
• Mengapit petikan yang tersusun didalam petikan lain. Contoh: “kau dengar bunyi ‘kring-kring’ itu?”, Tanya Asri.
• Mengapit terjemahan,penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh: mastery learning ‘belajar tuntas’
n. Tanda garis miring (/)
Tanda garis miring dipakai dalam hal-hal berikut:
• Dalam penomoran kode surat. Contoh: No.6/Q/1990
• Sebagai pengganti kata dan, atau per atau nomor alamat. Contoh: pemuda/pemudi dan harganya Rp 1000/biji
o. Tanda penyingkat/apostrof (’)
Tanda apostrof digunakan untuk menunjukan adanya penghilangan bagian kata. Contoh: Ali ’lah tiba. (’lah berarti telah).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Keraf, Gorys (1997): Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende—Flores, Penerbit Nusa
Indah.
Keraf, Gorys (2005): Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Diknas RI. (1989): Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Jakarta, Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Diknas RI. (2001): Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta,
Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Diknas RI. (2003): Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Jakarta, Balai Pustaka.
Rifai, Mien A. (1995): Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia.
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Utorodewo, Felicia N. (2003): Makalah Materi Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah.
(http://pdpt.ui.ac.id/mobm/BahasaIndonesia.html)
http://anisnuryasmine.blogspot.com/2009/05/contoh-paragraf-deskripsi-eksposisi.html.
Anonymous,b. 2012. http://saharione.blogspot.com/2011/10/diksi-dan-kalimat-efektif.html.
Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Erlangga: Jakarta
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Riski. 2010. Diksi. http://riski21208074.wordpress.com/2010/03/13/diksi/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ada pepetah bilang "Berkomentarlah sebelum engkau dikomentarkan ..."
dan pesan dari gw ... Give Your Comment.
JANGAN berbau SARA, mengejek, arogansi, pornografi, apalagi berbau kecut-kecut gimana gitu ...*JANGAN !!!